Apakah itu sikap yang tidak biasa di antara para manusia? Kalau anda mengira begitu, coba dengarkan ini :
"Saya sudah melewatkan tahun-tahun dalam hidup saya memberi orang-orang kesenagan, membantu mereka menikmati hidup, dan apa yang saya peroleh adalah perlakuan kejam, sebagai orang yang diburu-buru."
Itulah yang diucapkan Al Capone. Ya, Musuh masyarakat paling terkenal. Pemimpin Geng paling kejam yang pernah membantai Chicago. Capone tidak mengutuk dirinya. Dia sebenarnya mengganggap dirinya sebagai dermawan. Dermawan yang tidak dihargai dan dimengerti secara keliru.
Dan demikian pula pada Dutch Schult, bandit Newark salah satu penjahat paling terkenal di New York ketika meringkuk terkena peluru mengatakan dalam wawancara koran bahwa ia seorang dermawan public. Dan ia percaya itu.
Sipir penjara terkenal bertahun-tahun bernama Lewis Lawes mengatakan hal sama bahwa "hanya sedikit dari para kriminal dari Sing Sing mengganggap diri mereka orang jahat. Mereka sama manusiawinya seperti Anda dan saya". Jadi mereka membuat rasionalisasi, mereka menerangkan. Mereka bisa mengatakan kepada anda mengapa mereka harus menembak dengan menarik picu senjata begitu gesit. Hampir semua mereka berusaha memberika alasan, keliru atau logis, untuk membenarkan tindakan tindakan antisosial mereka, bahkan untuk diri mereka sendiri, karenanya dengan keras berpendapat bahwa mereka sama sekali tidak patut dipenjarakan.
Kalau Al Capone, Dutch Schult dan para wanita atau pria putus asa dibalik dinding penjara itu tidak menyalahkan diri mereka sama sekali. bagaimana halnya dengan orang orang, dengan siapa kita berhubungan?
Saya sudah mempunyai cukup masalah untuk mengatasi keterbatasan diri saya sendiri, sungguh bodoh untuk memahami orang lain tanpa memperdulikan fakta bahwa Tuhan tidak membagikan secara merata kemampuan intelegensi seseorang.
Orang-orang begitu cepat mendapat pelajaran ini namun saya harus membuat kesalahan besar di dunia yang sudah tua ini selama seperempad abad sebelum saya sadar bahwa sembilan puluh sembilan kali dari seratus, orang tidak mengkritik dirinya sendiri sama sekali, tidak peduli betapa salahnya apa yang sudah dilakukannya.
Kritik akan sia-sia karena akan menempatkan seseorang dalam posisi defensif dan biiasanya akan membuat orang berusaha pertahankan dirinya.
Begitulah sifat manusia, mereka yang bersalah tapi menyalahkan orang lain selain diri mereka sendiri. Jadi mari kita sadari jika tergoda ingin mengkritik orang lain, ingat kita ambil pelajaran dari Kisah Al Capone dan Dutch Schult. Mengkritik itu seperti merpati pos. Mereka selalu kembali pulang. Mari kita sadari bahwa orang yang akan kita kritik akan mempertahankan dirinya atau membalas kritik kita kepadanya atau mengatakan tidak ada daya melakukan kemungkinan lainnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN1L38lg5EVFTUcgLlNmlp4pLb3ErGXNKLy-muRXIJsygzY_GyNAYBB4z2kDpvA0bcD52gSfYfrUSystyt__rK9pNJPxdeuEGZG2K9HB_23mysPte4Vt1K3X9Y8iYzy5BFKUE-GdL-4at4/s320/paint1.png)
Pelajaran tak ternilai harganya dalam seni berhubungan dengan manusia dari insident pribadi yang di alami Abraham Lincoln Dalam rasa kecewa yang mendalam dipengakhir hayatnya.
Abraham Lincoln pada semi tahun 1842 setelah Lincoln mebuka praktek sebagai seorang ahli hukum menyerang lawannya secara terbuka dengan menulis surat-surat yang terlalu sering diterbitkan di koran-koran. Lincoln menulis sepucuk surat yang mengecam seorang politikus yang suka berkelahi bernama James Shields yang diterbitkan dalam Journal Springfield. Seisi kota pecah dalam tawa. Shields seorang yang peka dan punya harga diri mengajak lincoln berduel. Lincoln tidak ingin berkelahi namun ia sadar ia tidak bisa melepaskan diri dari kejadian ini dan menyelamatkan harga dirinya. Dia diberi piliha senjata. Dia memilih pedang kavaleri dan belajar berkelahi dengan menggunakan pedang di West Point. Dan pada hari yang ditentukan dia dan shields bertemu di tepi sungai missisipi untuk bertarung sampai mati. Pada menit terakhir para pendukung menyela dan menghentikan duel tersebut.
Insident dengan Shields sejak itu Lincoln tidak pernah menulis surat yang menghina. Tidak Pernah lagi dia mengolok-olok seorang pun. Dan sejak itu dia hampir tidak pernah mengkritik siapapun dalam hal apapun.
Waktu perang saudara, Lincoln menempati sebagai jenderal kepala ketentaraan di Potomae secara bergantian, McClellan, Pope, Burnside, Hooker, Meade. Pada pertempuran Gettysburg tiga hari pertama bulan juli 1863 pasukan union mendapat kesempatan menang Lincoln melihat itu. Kesempatan untuk menangkap Lee dan mengakhiri peperangan. Dengan harapan bulat Lincoln memerintah Meade agar segera menyerang namun jendral Meade melakukan hal yang tepat berlawanan dengan perintah Lincoln. Akhirnya lee dan pasukannya selamat. Lincoln Marah sekali.
Dalam rasa kecewa lincoln masih sangat konservatif dan bertahan dengan jalan pikirannya, menulis surat untuk Meade. Pada Tahun 1863 sama dengan kemarahan paling ganas.
Meade Tidak pernah membaca surat yang ditulis Lincoln dan Lincoln tidak pernah mengirimkannya. Surat itu ditemukan diantara kertas-kertas setelah dia wafat.
Setelah menulis surat itu, hanya sebuah terkaan Lincoln memandang keluar lalu mngatakan pada dirinya sendiri "Tunggu dulu. Mungkin saya tidak perlu terburu-buru, sungguh mudah bagi saya untuk menyeran; tapi kalau saya disana di Gettyburg, dan kalau saya telah melihat banjir darah sebanyak yang dilihat Meade selama minggu kemarin, dan kalau saja telinga saya mendengar teriakan-teriakan ngeri dari mereka yang terluka dan sekarat mungkin saya tidak akan bersemangat menyerang mereka. Kalau saya mempunyai Tempramen seperti Meade yang sabar, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Bagaimanapun, hal itu sudah terlanjur. kalau saya mengirimkan surat ini, hal itu akan melegakan perasaan saya. Tapi itu akan membuat Meade berusaha mempertahankan dirinya. Hal itu akanmembuatnya mengutuk saya. Hal itu akan membangkitkan perasaan sangat tidak enak. Merusak semua semangatnya sebagai seorang panglima, dan mungkin memaksanya mengundurkan diri.
Jadi, sepertinya Lincoln menyisihkan surat itu, karena dia sudah belajar dari pengalaman pahit bahwa kritik yang pedas akan berakhir sia-sia dan memperbaiki kesalahann.
Menulis surat yang tidak pernah dikirim dan menyimpannya. Mungkin saya dan anda ingin agar seseorang berubah dan memperbaiki sikapnya. Bagus ! hal itu boleh saja. Saya setuju dengan itu. Tapi kenapa tidak mulai ssaja dengan diri sendiri. Dipandang dari sudut diri sendiri, hal itu jauh lebih menguntungkan daripada berusahha memperbaiki orang lain. Yaaa,,,, dan jauh lebih tidak berbahaya. "
Kalau kita hanya ingin menimbulkan rasa benci yang mungkin akan datang selama beberapa dasawarsa atau mungkin sampai mati, cobalah menuruti hati memberi kritik yang tajam. Betapapun yakinnya kita bahwa kita tidak bersalah. Ingat kita berurusan tidak dengan makhluk logika. Kita berurusan dengan makhluk penuh emosi yang penuh prasangka dan dimotivasi rasa bangga dan sombong.
semua orang bisa melakukannya, mengkritik, mencerca dan mengeluh dan hampir semua orang bodoh melakukannya.
Perlu karakter untuk mengerti dan memberi maaf.
"Seorang yang berjiwa besar akan memperlihatkan kebesarannya. Begitu juga ketika kita menemukan ketidak nyamanan yang dilakukan seseorang tidak seharusnya membuat kita menjelma menjadi hakimi. Sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba untuk mengerti mereka. Mari kita berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal itu jauh lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik, dan melahirkan simpatik, toleransi dan kebaikan hati. "Untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memaafkan semua."
Seperti orang bijak mengatakan "Tuhan sendiri tidak menghakimi orang hingga tiba hingga tiba hari harinya". Lalu mengapa kita melakukan demikian ?
by finafaulina